Fasilitas di kampus menjadi salah
satu bagian penting yang perlu diperhatikan. Keberadaan infrastruktur yang baik
akan mendukung aktivitas mahasiswa dalam kegiatan akademik maupun non-akademik.
Kondisi sarana yang ada di FEB-UP seperti toilet, parkir, kantin, dan
perpustakaan saat ini kurang memadai
.
.
Kekecewaan
Mahasiswa
Hal mencolok dari toilet kelas Internasional
dengan kelas Regular membuat mahasiswa beranggapan seperti ada perbedaan dari
pihak fakultas. Kekecewaan itu ditambah dengan kondisi air yang kurang bersih
dan keruh.
Dalam hal ini, Wadek II memberikan alasannya. Beliau menerangkan, lebih
bagus karena sudah memenuhi syarat Internasional. Tujuannya, apabila kedatangan
tamu tidak mengecewakan.
“Selain itu, tidak menutup kemungkinan untuk toilet lain
akan direnovasi seperti itu. Hanya saja butuh proses, doakan saja,” lanjut
beliau.
Lahan
Parkir yang Belum Terealisasi
Meningkatnya mahasiswa setiap tahun mengakibatkan
jumlahnya kendaraan. Lahan parkir menjadi sempit dan membuat mahasiswa
memarkirkan kendaraannya secara sembarangan.
Mengingat lahan kosong bekas kantin
sosro yang katanya ingin dijadikan lahan parkir FEB-UP nyatanya sampai sekarang
belum terealisasi. Menanggapi hal ini, Ibu Iha tidak terlalu mengerti, masalah
itu lebih tanggung jawab pihak Universitas.
“Saya yakin pihak Universitas sudah
ada rencana membangun tempat parkir lebih luas tapi bertahap,” ungkap Wadek II.
Kantin
FEB-UP yang Kurang Nyaman
Selain toilet dan tempat parkir,
kantin juga menjadi fasilitas yang harus diperhatikan. Banyak mahasiswa merasa
kurang nyaman saat berada di kantin prismatik karena keadaan tempat yang sempit
dan panas. Menanggapi masalah itu Ibu Iha menjelaskan, kalau kantin prismatik
sendiri berbentuk PT yang bekerja sama dengan FEB-UP.
“Bukan tanggung
jawab kami untuk memperluas, kita hanya monitoring saja. Kalau soal memperluas
tanyakan saja langsung ke prismatiknya,” lanjut beliau.
Ibu Iha juga mengatakan kami tidak
pernah melarang mahasiswa untuk membeli makan diluar. Kami juga membuka pintu
kecil menuju lingkungan warga agar mahasiswa bisa membeli makanan disana. Dan
itu juga bisa menambah penghasilan bagi warga disekitar situ.
Perpustakaan,
Ruang Baca atau Tempat Nongkrong?
Perpustakaan berguna bagi mahasiswa
untuk menunjang aktivitas dalam bidang akademik. Namun beberapa mahasiswa beranggapan buku diperpustakaan
kurang update dan membuat mereka malas untuk datang ke perpustakaan. Menurut
Ibu Iha, buku diperpustakaan selalu update setiap semesternya. Pelayanan dan fasilitas
yang diberikan juga sudah bagus, hanya saja minat baca mahasiswa masih kurang
untuk datang kesana.
Bapak Edi Suradi juga menjelaskan
pembuatan kartu perpustakaan bagi mahasiswa dikenakan biaya Rp20.000 dan
berlaku selama satu tahun. “Uang tersebut dialokasikan untuk menambah buku-buku
baru yang ada di FEB-UP,” lanjut Pak Edi.
Selain itu mahasiswa kurang
mengoptimalkan ruang baca secara benar. Seharusnya digunakan untuk belajar dan
berdiskusi, tetapi dijadikan tempat nongkrong dan makan. Ibu Iha mengatakan, bila
ruang baca disalahgunakan mahasiswa, maka kami akan membuat pengawasan agar
ruang baca digunakan dengan benar. “Kalau seperti itu, lebih baik ruang baca ditutup dan dialih
fungsikan menjadi tempat yang lebih berguna,” lanjut beliau.
Larangan Merokok Dilingkungan
Kampus
Diterapkannya peraturan SOP
(Standard Operating Procedure) seakan hanya wacana. Banyak civitas akademika masih
tetap merokok dilingkungan kampus dan mengabaikan peraturan tersebut.
Ibu
Sri Widyastuti selaku Wakil Dekan I FEB-UP menuturkan, kalau peraturan itu
penting dan harus dipatuhi. Peraturan ini dikeluarkan oleh Mendiknas terkait
kampus ramah lingkungan yang menentukan akreditasi fakultas.
Memang
tidak mudah menerapkan larangan merokok bagi civitas akademika. Pihak kampus
akan melakukan teguran bagi yang merokok di lingkungan kampus. Sebagai
solusinya, akan membangun ruang khusus untuk para perokok aktif.
No comments:
Post a Comment