Wednesday, June 01, 2016

Pemimpin yang dinanti, Pemimpin yang dipuji Berani menerangi walau harus meleleh


        Pada dasarnya setiap individu memiliki karakter dan jiwa luar biasa. Tak pernah disadari, bahkan sering terlupa dan terbenam oleh virus kemalasan. Karakter dan jiwa itu dapat mempengaruhi dan membuat perubahan. Suatu langkah kecil adalah perubahan yang terjadi pada diri sendiri. Secara bertahap konsepsi dari karakter dan jiwa itu dapat diimplementasikan untuk keluarga, kota atau daerah, negara serta dunia. Karakter dan jiwa itu tergabung dalam satu valensi yang disebut “Kepemimpinan”.

        Dalam buku Kubik Leadership (2009 : 8) terdapat tiga anatomi kepemimpinan yang membuat diri sendiri menjadi manusia utuh, lengkap, dan sempurna. Treatment terhadap tiga anatomi akan menjadi sebuah solusi esensial karena sangat fundamental dan melingkupi seluruh dimensi kehidupan manusia dari hulu hingga hilir. Ketiga anatomi ini mengacu pada keyakinan,aksi,dan pekerti.

        Keyakinan (faith) adalah seperangkat prinsip dan nilai sekaligus menjadi misi suci hidup kita. Aksi adalah aktivitas nyata didasarkan pada seperangkat aturan hidup. Pekerti adalah sikap mental yang melahirkan kecenderungan perilaku sehari-hari.

Bagaikan sebuah pohon. Keyakinan itu seperti akar. Selain menjadi pintu gerbang masuknya energi, juga mengokohkan keseluruhan pohon. Apabila pohon itu memiliki akar kuat, badai sebesar apapun takkan mampu merobohkannya. Sedangkan aksi adalah batang pohon, ranting dan dedaunan. Mereka mentransformasi energi yang mereka dapatkan dengan sangat sempurna sehingga mampu menghasilkan buah-buahan yang manis. Buah-buahan itu adalah budi pekerti.

        Ketiga anatomi tersebut harus dipimpin. Jangan biarkan ketiganya bergerak sendiri tanpa kita arahkan. Kemampuan kita untuk memberi arah yang tepat kepada ketiga anatomi kepemimpinan hidup tersebut akan membangkitkan kekuatan sangat dahsyat dan menjadikan kita jenderal dalam perjalanan hidup kita sendiri.

        Pada perhelatan satu tahun silam kita telah merayakan pesta rakyat bertajuk demokrasi. Harapan untuk suatu kenyataan tanpa kebohongan. Pada saat itu, rakyat seolah dibungkam dan diambil suaranya sebagai manifestasi pembangunan dan kemajuan bangsa. Sebagaimana kita ketahui, rakyat seperti primadona disuguhkan hidangan bak janji manis. Berbagai cara dilakukan agar sang primadona tergerak hatinya.

        Mengingat pesta demokrasi merupakan pesta bergengsi di suatu negara. Pesta untuk memilih pemimpin yang memiliki integritas dan berkarakter. Hal itu sebagai cermin untuk mengaplikasikannya dalam segala aspek. Terutama pada sebuah pendidikan barometer pembaruan. Tempat lahirnya para penggerak reformasi (agent of reform) atau agen perubahan (agent of change), yaitu Universitas.

        Hadirnya pemimpin adalah hak veto yang selalu ada dalam sisi kehidupan manusia. Mulai level terendah seperti keluarga hingga level tertinggi yakni negara. Wacana dan praktek kepemimpinan adalah tema yang tidak pernah usang untuk dikaji dan didiskusikan. Ribuan tahun lalu sejarah telah mencatat lahir dan bergantinya para pemimpin dunia. Sejarah telah memberikan pelajaran berharga pada kita bahwa hanya pemimpin berkarakterlah yang akan terus dikenang dan menjadi teladan bagi umat manusia.

        Prinsip kepemimpinan untuk mengembalikan kedaulatan rakyat. Tugas penting pemimpin adalah melakukan perubahan. Maka untuk dapat melakukan perubahan, mensyaratkan bahwa pemimpin harus memiliki wawasan.

        Wawasan diperlukan untuk mengembangkan kreatifitas yang akan dibutuhkan untuk menyelenggarakan perubahan. Hal itu merupakan daya (power) dan kekuatan untuk melakukan perubahan.

        Memang bukan hanya soal wawasan, melainkan juga pandangan bahwa tugas yang diemban merupakan amanah untuk beramal. Pemimpin bukan untuk meraih kekuasaan melainkan untuk mengembangkan relasi kemanusiaan yang penuh kasih sayang dan saling menghargai. Dengan begitu, pemimpin akan selalu berusaha memberikan rahmat bagi sekalian rakyatnya.

Seorang tokoh pejuang, pemimpin dan pendiri Masyumi. Sekaligus mantan Perdana Menteri Era Presiden Soekarno. Selain itu juga pernah menjadi Presiden Liga Muslim Dunia. Beliau adalah Mohammad Natsir. Teringat kata-katanya yang tersirat dan penuh makna nasehat. Bahwa pesan itu sangat berarti bagi pemimpin, bahkan calon pemimpin dari berbagai aspek kehidupan yang tertulis.

“Saudara baru berada di tengah arus, tetapi sudah berasa sampai di tepi pantai. Dan lantaran itu tangan saudara berhenti berkayuh, arus yang deras akan membawa saudara hanyut kembali, walaupun saudara menggerutu dan mencari kesalahan di luar saudara. Arus akan membawa saudara hanyut, kepada suatu tempat yang tidak saudara ingini... Untuk ini perlu saudara berdayung. Untuk ini saudara harus berani mencucurkan keringat. Untuk ini saudara harus berani menghadapi lapangan perjuangan yang terbentang di hadapan saudara, yang masih terbengkelai... Perjuangan ini hanya dapat dilakukan dengan enthousiasme yang berkobar-kobar dan dengan keberanian meniadakan diri serta kemampuan untuk merintiskan jalan dengan cara yang berencana.”

        Dengan demikian, dalam pemilihan calon pemimpin baik terjadi di negara, daerah, maupun di suatu institusi. Selayaknya dijadikan cermin demokrasi yang baik dan sehat. Terlebih kita sebagai negara demokrasi terbesar di dunia.

        Bagi para calon pemimpin dan pemegang kekuasaan tertinggi. Bukan saatnya pesta demokrasi menjadi ajang permainan. Bermodalkan para janji-jani manis untuk diobral murah dari pasar kaget mengatasnamakan pesta rakyat. Berlaku untuk semua aspek implementasi kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. Bagi para calon pemimpin dan pemegang kekuasaan tertinggi. Bukan saatnya pesta demokrasi menjadi ajang permainan. Bermodalkan para janji-jani manis untuk diobral murah dari pasar kaget mengatasnamakan pesta rakyat. Berlaku untuk semua aspek implementasi kehidupan manusia sebagai makhluk sosial.

        Pada dasarnya, Seorang Pemimpin bukan hanya sekedar menyuruh tetapi mengajak. Bukan hanya memberi arahan tetapi melakukan tindakan. Bukan hanya memberi janji tetapi bukti. Bukan hanya melihat tetapi merasakan. Bukan hanya berani tetapi siap menghadapi resiko dan rintangan. Bukan hanya memberi senyuman manis tetapi mencintai dan menyayangi. Bukan hanya mengerti tetapi memahami. Bukan hanya mengajar tetapi mendidik. Bukan hanya memberi contoh tetapi menjadikan contoh. Bukan hanya memberi saran tetapi ikut menyelesaikan masalah. Bukan hanya gelisah tetapi khawatir akan masa depannya

        Setiap manusia adalah pemimpin dimana mereka diberikan tanggung jawab atas apa yang dilakukan. Mengemban suatu amanah demi menjaga nama baik bangsa dan negara. Rasa lelah itu merupakan hal biasa. Sesuatu yang luar biasa adalah bagaimana ketika seorang pemimpin bisa melaksanakan amanahnya dengan baik dan sukses. Bisa menjadikan keterbatasannya sebagai motivasi dan inspirasi untuk orang lain. Bisa menghadirkan cinta setiap waktu, sehingga orang lain pun ikut memberikan cinta pada dirinya dan tanggung jawabnya. Pemimpin itu harus seperti lilin berani menerangi walaupun dirinya harus meleleh.

        Segala kehornatan pada kalian yang masih dapat melihat dengan baik dan normal. Setidaknya kalian dapat membaca tulisan ini secara saksama.


Muhammad Irfan Fauzi





4 comments:

Indra si Tukang Kebun said...

Keren.semoga bisa menjadi inspirasi dan tolak ukur atau bahkan evaluasi untuk semua pembacanya

Indra si Tukang Kebun said...
This comment has been removed by the author.
Dindimar Darus abdullah said...

Assalamualaikum Terima kasih dengan kata-kata nasihat saudara,,mana yang baik akan ku jadikan pedoman dan bekalan di hari esok......salam ukhuwah

Dindimar Darus abdullah said...

Assalamualaikum Terima kasih dengan kata-kata nasihat saudara,,mana yang baik akan ku jadikan pedoman dan bekalan di hari esok......salam ukhuwah